Kelompok
Ganis hafizs : 04113027
Trijanuar : 04113035
M rizky rr : 04113059
Redo c :
Pendahuluan
Dibalik rasa ingin tau mengenai politik di tanah air
kami membuat makalah yaitu tentang harry tanoesudibjo meskipun keliatanya dia
bukan warga asli indonesia tapi kami yakin dia bisa membawa tanah air indonesia
maju seperti halnya gubernur dan wakil gubernur jakarta bapak jokowi dan ahok
seperti halnya seorang rakyat biasa dia bisa berkembang sampai dia mempunyai sebuah
tv swasta dengan kegigihan dan pengalaman beliau saya yakin dia bisa memimpin
negeri ini dan kali ini dia diberi kesempatan dengan menjadi calon wakil
presiden dengan pasangan dari partai HANURA saya ucapkan terimakasih pada teman
sehingga buku kecil ini dapat selesai pada waktunya dan bisa diserahkan....
Daftar isi
Profil :
hal 1
Latar belakang :
hal 2
Karir bisnis :
hal 3
Karir politik :
hal 4
Kegiatan sosial :
hal 5
Kontroversi :
hal 6
Kesimpulan : hal
7
Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoesoedibjo
|
|
Lahir
|
|
Kebangsaan
|
|
Tempat kerja
|
|
Dikenal karena
|
|
Partai politik
|
|
Agama
|
|
Pasangan
|
|
Anak
|
- Angela Herliani T
- Valencia Herliani T - Jessica Herliani T - Clarissa Herliani T - Warren Haryputra T[3] |
Bambang Hary
Iswanto Tanoesoedibjo (lahir di Surabaya, 26
September 1965; umur 48
tahun),[1] juga dikenal
dengan panggilan Hary Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe,[3] adalah seorang
pengusaha dan politikus Indonesia. Saat ini Hary
memegang beberapa jabatan strategis di berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia, dan juga
Calon Wakil Presiden dari Partai
Hanura.
Latar-belakang
Hary
Tanoesoedibjo lahir dan dibesarkan di Surabaya.[4] Ia adalah anak
dari Ahmad Tanoesoedibjo, seorang pengusaha.[5] Hary adalah
bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya bernama Hartono Tanoesoedibjo dan
Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo.[4]
Seusai
menamatkan pendidikan menengahnya di SMAK St. Louis Surabaya,[6] Hary
meneruskan pendidikannya untuk mencapai gelar Bachelor of Commerce (Honours)
dari Carleton University, Ottawa, Kanada (1988); serta Master
of Business Administration dari Ottawa University, Ottawa, Kanada (1989).[1][3]
Hary menikah
dengan Liliana Tanaja, dan memiliki lima orang anak yaitu
Angela Herliani Tanoesoedibjo, Valencia Herliani Tanoesoedibjo, Jessica
Herliani Tanoesoedibjo, Clarissa Herliani Tanoesoedibjo, dan Warren Haryputra
Tanoesoedibjo.[3][4]
Karir bisnis
Hary
Tanoesoedibjo adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT.
Bhakti Investama Tbk sejak tahun 1989. Bhakti Investama bergerak dalam bisnis
manajemen investasi, yang membeli kepemilikan berbagai perusahaan,
membenahinya, dan kemudian menjualnya kembali. Perusahaan tersebut terdaftar
dalam bursa efek sebagai perusahaan terbuka, dan seiring dengan waktu
berkembang semakin besar.[7]
Di masa krisis
ekonomi Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru, Hary melalui
perusahaannya banyak melakukan merger dan akuisisi. Pada tahun 2000, Bhakti
Investama mengambil alih sebagian saham PT
Bimantara Citra Tbk, dan kemudian diubah namanya menjadi PT.
Global Mediacom Tbk ketika mayoritas saham sudah dimilikinya.
Sejak
pengambil-alihan tersebut, Hary terjun dalam bisnis media penyiaran dan
telekomunikasi. Hary kemudian menjadi Presiden Direktur Global Mediacom sejak
tahun 2002, setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris
perusahaan tersebut. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNC) dan PT.
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak tahun 2003, serta sebagai
Komisaris PT.
Mobile-8 Telecom Tbk., Indovision dan
perusahaan-perusahaan lainnya di bawah bendera grup perusahaan Global
Mediacom dan Bhakti
Investama. Selain tiga
stasiun TV swasta, yaitu RCTI, MNCTV, dan Global TV, grup medianya juga
mencakup stasiun radio Trijaya FM dan media cetak Harian Seputar Indonesia, majalah
ekonomi dan bisnis Trust, tabloid remaja Genie.[8]
Pada tahun 2011, Majalah Forbes merilis daftar
orang terkaya di Indonesia, dan Hary
menduduki peringkat ke-22 dengan total nilai kekayaan sebesar US$ 1,19 miliar.[3][9]
Karier politik
Kabar bahwa
Hary Tanoesoedibjo masuk ke dunia politik mulai terdengar sejak awal bulan
Oktober 2011[10], yang kemudian
terkonfirmasi ketika ia secara resmi bergabung dengan Partai
NasDem pada tanggal 9 Oktober 2011.[11] Pada bulan
November 2011, Hary muncul pada acara Rapat Pimpinan Nasional Partai NasDem
yang pertama.[12] Di partai tersebut, Hary
menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Pakar dan juga Wakil Ketua Majelis
Nasional. Sejak ia berkiprah melalui Partai NasDem, Hary mendengung-dengungkan
semboyan Gerakan Perubahan, suatu gerakan yang dimotori oleh kelompok
angkatan muda Indonesia.[13]. Menurutnya,
di dalam Partai NasDem 70% kadernya terdiri dari generasi muda.
Pada tanggal 21
Januari 2013, Hary
Tanoesoedibjo mengumumkan bahwa ia resmi mengundurkan diri dari Partai NasDem
karena adanya perbedaan pendapat dan pandangan mengenai struktur kepengurusan
partai.[14][15] Hary
menyebutkan alasan bahwa "politik itu adalah idealisme",[16] dan dirinya
merasa sedih dan sangat berat meninggalkan Partai NasDem yang telah tiga bulan
ia besarkan;[17] apalagi Partai
NasDem telah berhasil lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan resmi menjadi partai politik
peserta Pemilu 2014 dengan Nomor
Urutan 1.[18]
Setelah keluar
dari Partai
Nasdem, Hary
Tanoesoedibjo resmi bergabung dengan Partai Hanura pada tanggal 17
Februari 2013. Hal ini
disampaikan di kantor DPP Partai Hanura di Jl. Tanjung Karang, Jakarta, dan
langsung menduduki posisi Ketua Dewan Pertimbangan.[19] Ia selanjutnya
menjabat Ketua Bapilu[20] dan Calon
Wakil Presiden dari Hanura berpasangan dengan Wiranto.[21]
Kegiatan sosial
Hary
Tanoesoedibjo pernah berkecimpung dalam Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat
peride 2003-2007, dengan jabatan Bendahara.[22] Selain itu, ia
kerap diundang sebagai pembicara seminar atau dosen tamu di berbagai perguruan
tinggi.[3][23][24][25]
Kontroversi
Pada bulan Juni
2012, Hary Tanoesoedibjo diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sehubungan dengan kasus korupsi Tommy Hindratno, pejabat pajak di Kantor Pajak Sidoarjo, dan James
Gunarjo, yang diyakini terhubung dengan PT.
Bhakti Investama Tbk., perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo.[3][26] Tommy diduga
bertindak sebagai perantara untuk memastikan penggantian sebesar Rp 3,4 miliar
dalam bentuk restitusi pajak.[27] KPK
menggerebek kantor Bhakti Investama di Menara MNC di Jakarta Pusat dan PT. Agis yang terletak di gedung
yang sama.[27] Bhakti
Investama pernah memiliki saham di PT. Agis sampai tahun 2006, namun Hary
menyangkal keterlibatan dirinya maupun Bhakti Investama dalam kasus tersebut.[3][27]
Kesimpulan
bahwa aspirasinya layak di
pertimbangkan walaupun dia bukan asli indonesia di samping itu dia mempunyai
wawasan dan dana yang memadai untuk membangun indonesia walaupun dia pernah
tersandung oleh kpk
penutup
Sekian presentasi dari kami semoga dapat bermanfaat
untuk anda semua kalau ada kata-kata yang tidak berkenan kami mengucapkan maaf
,terimakasih atas perhatiannya asalamualaikum waroh matulohi wabaroh katuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar